Januari 03, 2012

Tahun Baru I

ini cerita memang sudah sedikit kadaluarsa, tapi ibarat sinetron cerita ini seperti bagian dari shooting yang diberi judul 'dibuang sayang', yaaahhh hitung-hitung untuk menuhin blog saya yang nampaknya minim cerita (bukan nampaknya, tapi MEMANG mungkin yah? hihihi) tak ada salahnya saya share disini toh ?

Cerita ini tentang malam pergantian tahun 2012 lalu. Saya sebetulnya bukanlah penikmat sejati malam pergantian tahun. Selain rutinitas berkumpul bersama keluarga atau kawan, saya tidak menikmati rutinitas malam tahun baru yang lain, meniup terompet terutama. Sering kepikiran, siapa atau apa sih yang memulai pertama kali dulu sampai-sampai malam tahun baru identik dengan tiup terompet ??? *asa teu nyambung (meun ceuk sundana mah) dan bikin bising suasana pasti, apalagi kalau terompetnya made in negara yang punya penduduk terbanyak di dunia itu, duh duh duh*  



Tapi pergantian tahun 2011 ke 2012 ini memang serasa teristimewa sekali nampaknya untuk saya. Selain saya kini punya mas (suami), ada cerita menarik yang mengawali hari awal tahun baru saya kemarin.


Dimulai di hari Jum'at tgl. 30 Desember lalu, 
Hari ini memang saya libur dari rutinitas kantor, saya ingat betul kalau sehari ini super sibuk sedari pagi. Yaaahhh... meski berstatus libur kerja, kerjaan di rumah ternyata tak bisa di pending, apalagi di cancel, atau mungkin sekalian di delete (jadi berkhayal sekian menit andaikan itu possible to do, hihihihii), terutama menyiapkan sarapan swami. Yaaaaaahhh.... meski saya tak pandai memasak, saya mencoba untuk menyiapkan kebutuhan makan swami semampu saya, yang semampu beliau, beliau selalu habiskan hasil masakan saya yang tidak begitu enak itu, hihihihii (so thanks dear, sudah bersusah payah untuk hal yang satu ini, hihihihi). Selepas swami pergi ke tempat kerjanya, saya melanjutkan pekerjaan rumah yang lain, "kebetulan" tumpukan baju kotor kami sudah melebihi kapasitas sang keranjang menampung mereka, oya... selain itu saya juga masih punya sekian helai baju bersih yang belum siap masuk ke lemari, a.k.a BELUM DISETRIKA. Oalah, ternyata begini rasanya menikah, *tepok jidat* hahahh.
Hmmm..., Alhamdulillah selepas dzuhur semua bisa saya selesaikan. Lalu kegiatan selanjutnya ? saya sih memilih bobo siang manis, ceritanya untuk me're-charge stamina yang tadi terkuras (hallah, majas hiperbola sekali yah nampaknya, hihihihi). 
Mungkin kira-kira saat Ashar, saya terbangunkan oleh suara sms alert dari handphone saya, swami saya, katanya, "Dek, besok masak nasi tumpeng yah"
Hah, nasi tumpeng ? dalam rangka apa saya mau masak nasi tumpeng ? tahun baru ? istimewa sekali..., ya Allah dear, bukankah kita sama-sama bukan penikmat sejati malam pergantian tahun ? tappiiii sebentaaaaarrrr..., saya baca ulang sms swami saya itu, tak ada tanda tanya, berarti ini bukan sebuah pertanyaan nih (batin saya), jadi maksudnya beliau meminta (nyuruh kali ye tepatnye) saya memasak nasi tumpeng nih ??? saya jawab smsnya, "untuk apa ?", dan jawabnya, "malam tahun baru nanti ada acara di _ _ _ (tempat beliau kerja), setiap kelompok wajib punya tumpeng. Mas udah nyanggupin untuk bikin nasi tumpeng dan biar anggota lain buat lauk yang lain". Iddiiiiiiiiiiiihhh appaan ??? nasi tumpeng ??? ya Allah, sekelas sayur asem aja saya masih belum bisa mengingat-ingat ingredientsnya, apalagi ini, nasi tumpeng ??? lalu sms susulannya, "nanti mas bantu". Jadilah saya, di keadaan bangun dari bobo siang manis saya itu, MELONGO. Dan di sisa hari Jum'at saya yang berharga itu, saya habiskan untuk menunggu sang swami sampai di rumah. Bukan karna kangennya, tapi saya sudah tak sabar ingin menyampaikan protes saya secara live. :D

... Lanjut ke part II yaaahhh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar